Senin, 04 Juni 2012

PUISI ABSURD

kumpulan sajak galau, kenangan dan cinta @ZakyLio

Malam, apa yang engkau tahu, selain suara jangkrik mencoba memecah sunyi, seperti kenangan yang kian mencekam
Duduklah, temaniku bermain gitar, mari belajar menyatukan nada-nada kita yg berbeda, agar menjadi indah: cinta
Terima kasih, tuhan. Malam ini aku bisa menikmati hujan dan sisa-sisa pelukan kekasih, dan hangatnya kenangan. -
"seperti shaun the sheep, kita tak pernah mengobrol, menatapmu saja membuatku gugup, apalagi bilang cinta"
hatiku masih mencintaimu, dan aku yakin disisi ruang hatimu masih menghembuskan satu napas rindu, untukku.
Desau angin malam, riuh rendah ke tepian sawah. Entah apalagi yang berkilau dibenak, selain sunyi kenangan.
Sesunyi apapun dini hari, akan tetap bising, bagi jiwa-jiwa yang larut akan kenangan
Kau yang berdesir di dalam puisiku, begitu sederhana dg kata “selamat istirahat“ menjadi lebih bermakna
Seusai gerimis; Pun dini hari, paras langit kerap kali menjingga, seperti ada kerinduan yang tak terhingga
Sebab angin sore, telah ku sematkan sepotong senyum pd lengan waktu, yg kini terpahat jelas dalam benak.
"saat cinta memenjarakanku dalam kekalnya rindu, kan ku abadikan engkau dlm bait-bait puisiku" - 
Aku sering menulis tentangmu dalam puisi, dan kini tuhan menghukum--ku, dengan rindu yang kekal; cinta. ~ 
Pun, dikala hujan, selalu saja ada kehangatan menyelimutiku, diantara gemerisik air dan doadoamu; cinta. ~ 
Lirih suaramu mengudara, menapaki rindu dalam gerimis. Perlahan, terdengar riuh sampai ke surga: cinta.
Tak usah risau mencemaskan airmata yang berjatuhan dari sembab matamu, bolehkah kurawat segala kesedihanmu, dik?
Jika kau mau berbagi arti sebuah duka, akan ku rayakan dg pesta sederhana, dan rindu yg tak lagi berdusta.
Masih terasa, lembab jemari yang menggenggam erat lengan waktu, sebelum ia berdoa untuk masa silam.
Aku suka bunyi, detak detik jarum jam. Terus berjalan, seperti aku yang tak lelah mengetuk pintu, hatimu.
Sajak: bukan sekedar kata-kata indah yang terucap. Namun kerna ada engkau yang hidup dalam bait-baitnya
Kicau burung dan embun pagi, nuansa yang begitu akrab di napasku, napas yang masih menghembuskan namaMu setelah sunyi.
Berulang hari, hujan kerap kali menetaskan satu kenangan. Dinda, hatimu ialah rumah bagi anak-anak rinduku.
"aku ingin menjumpaimu lagi dikala hujan, agar engkau tak tahu ada airmata ku yang terjatuh" - 
Senyum sederhana yang kau toreh serupa rindu, rindu yang kerap kali lebih runcing dari jemari waktu; sepi.
Waktu ialah kamu, kian hening dalam ingatan. Mengalun bersama doa-doa yang kulangitkan, seusai sujud-sujudku.
"jika engkau tahu aku mencintamu, itu sudah lebih dari cukup, selebihnya doa dan airmata yg kan menuntunmu"
Secangkir kopi ini, temaniku meranyau segala tentangmu. Kureguk perlahan dan kau kian hening dalam ingatan.
"aku tak tahu, pada siapa hujan itu bertandang, tapi menggenang diantara rinduku, yang melulu tentang kamu"
Dalam cinta: kadang seseorang serupa lilin, berjuang demi kebahagian orang lain, meski kadang mati jawabannya.
Berulang hari, gerimis ini terlalu ritmis. Bukan melansir tentang rindu, jua kenangan manis, sungguh.
kesiur angin menapaki sunyi, mengharap gerimis dapat membiaskan dirimu disebalik dinding; jarak yg tak berujung
Pyak, ahh kopiku tumpah, tinggal rokok ini sebatang kara mengarungi malam, sunyiku bukan karenamu, sungguh
ku termangu dlm ruang abu-abu, hanya jemari yg bersenandung. Kau tak disini, hanya bayangmu temaniku; sunyi
"pipimu nian berkesumba, ingin kulukis mega dlm dadamu, agar kau tahu, jantungku melulu mendebarkan namamu; senja"
"kemarilah, sandarkan engkau pada bahuku, agar bisa kurawat segala kesedihan, yang melulu engkau cemaskan"
Dalam riuh angin, purnama berpendar pd telaga. Aku bersujud sebelum subuhMu, melulu ku langitkan doa padaMu.
"di tepian sawah, katak dan jangkrik berseteru dg sunyi, pun rembulan yg bependar di beranda. kau mengemasnya sbg puisi"
"Kunang-kunang tengah ramai bercengkrama dg ilalang, air di telaga itu begitu tenang, sedang kau begitu gaduh dlm ingatan"
Meski malam sunyi dengan gerimis, nikmatilah suasana ini, kekasih. seperti ketika aku mengecup keningmu.
"di matamu, aku serupa binar lilin yg menyala di tengah kilauan gemerlap semestamu. meski nyata, melulu kau anggap tabu"
"luapkanlah emosi di kala hujan, agar engkau tahu, lebih dingin hujan atau panas hatimu"
Di antara mimpi-mimpi, ku rindukan dirimu. tedup tatapan dan hangat senyumanmu, tentramkan resah di hati.
Jangan terus kau bersedih akan masalalu. tersenyumlah, Sebab takkan hilang duka hanya dengan air mata.
Dedaun ini masih nampak membahas, entah kerna tempias hujan pagi tadi, atau air mata yang terjatuh semalam.
Ku tunduk dlm kerendahan hati,krna disetiap jln tak selalu ada kebahagian. Meski kadang mati menjadi jawaban.
Kau tengah asik bercengkrama dg gerimis, dibalik jendela yg berembun kau ukir sebuah nama; ia sebut kenangan
Riuh air yang berjatuhan, begitu gemerisik di langit-langit kamar, aku yang tengah terusik, dalam buaian rindu.
Biar malam melukiskan sunyinya pada ilalang, yg tengah membasah. Kau berdiam tenang dalam ingatan. ~ 
Aku menyukai nyeri dalam kesepian, sebab hanya disanalah kau selalu bertandang menyapaku; sunyi kenangan
Melupakanmu bak memecahkan batu karang dengan air mata
yang di pesankan malam ialah sunyi, ku teguk secangkir kopi kunikmati ketiadaanmu; oh kasih 
Kau bukanlah mawarku, yang indah di masanya. Tapi engkau sosok angin yang berhembus di napasku, selamanya.
Pada lengan malam yang sunyi, terdapat kenangan-kenangan yang kian abadi 
aku berdoa untuk cahaya, yang akan membuat waktu kita tetap bersinar, hingga maut menjemput


Tidak ada komentar:

Posting Komentar