Jumat, 07 Desember 2012

Selamat Ulang Tahun, Cinta

Bagaimana kabarmu saat ini? Pastinya bahagia, aku yakin itu. Karena dalam sujud-sujud di akhir Sholatku, selalu kulangitkan namamu diantara bait bait doa, doa kebahagaian untukmu.

Dengan penuh kecemasan aku ingin membuatkanmu sebuah puisi, puisi untuk ula
ng tahunmu tentunya. Tapi aku selalu gagal merangkai kata demi kata yang ada dalam pikiranku, entah dengan kata apa harus ku awali untuk membuatkanmu sebuah puisi.
Aku bukan anak Sastra sepertimu, yang mahir membuat sebuah puisi. Kamu juga tahu, aku cuma paham alat alat bengkel dan dunia balap yang jarang engkau akrabi dalam keseharianmu.
Setiap kali aku membuat puisi, yang ada dalam otakku cuma ada nama "kamu, kamu dan kamu".
Entah dengan cara apalagi agar aku bisa membuat sebuah puisi, saat kau membacanya merasa bahagia. Aku ingin kau bahagia lebih lama dari selamanya.

Aku ingin engkau bahagia, bahagia dengan caramu. Kebahagiaanmu ialah yang harus aku syukuri dalam hidupku, sedang kesedihanmu ialah yang harus aku rawat. Merawat dengan penuh ketabahan. 
Maaf. Maaf, aku telah lancang mencoba memasukanmu dalam puisiku, puisi yang masih absurd, penempatan metafora yang tidak pas.
 

Sepasang lenganku, tak pernah mampu untuk memelukmu akan terus menengadahkan jemari, memelukmu dengan Doa, yang lebih hangat dari sebuah pelukan. Dan sepasang jemarimu yang melipat dengan salibmu, tentunya. Juga mendoakan kebahagianmu sendiri.
 

Kamu yang telah memberiku warna dalam kehidupanmu, sejak tangga 17 stember 2012 yang lalu, hingga detik ini. Dan kini tanggal 8 Desember 2012, kamu tengah merayakan hari kali pertama menangis, tak ada kue tart, bunga mawar putih, atau kado mahal lainnya dariku. Sebab, aku juga anak kost yang serba terbatas. Sebenarnya aku sudah membuatkanmu sebuah kue, yang mau aku tunjukan padamu. Tapi alam berkehendak lain, saat aku pulang dari kost aku terjatuh dari motor karena jalan licin, hujan, dan kue itu hancur!!

Ini aku tulis pukul 22:45 wib, beberapa menit sebelum ulang tahunmu. Aku menempuh sekitar jarak 30km untuk mencari koneksi internet, kebetulan disini gerimis dan listrik padam.

"Selamat Ulang Tahun Dwitasari, bidadari kecilku yang Tuhan kirim untukku, bidadari yang selalu menorehkan kebahagian dan menjatuhkan airmataku. Semoga di umur yang sekarang kamu makin baik, baik dan lebih baik dalam hal apapun. Doaku untuk kebahagianmu.."


Aku tidak pernah menyesal mengenalmu, aku bahagia menulisaknmu dalam puisiku. meskipun (mungkin) kelak akan ada kepedihan yang mendalam, yang kau beri untukku. Tapi aku bahagia. 
Kamu sosok wanita pertama yang mampu membuat airmataku jatuh berkali kali, mungkin ia bosan karena lama terlalu aku kulum dalam senyum palsu.

Minggu, 28 Oktober 2012

SEKEJAP


Dear kamu, Gadis berjilbab di pojok kantin kampus...

Suasana begitu ramai ketika memasuki jam istirahat makan siang. Semua sibuk mengambil makanan di etalase yang menggoda perut, sepertinya aku terlambat datang hingga tak ada lagi tempat duduk yang kosong.
Dengan wajah lelah karena cuaca yang cukup panas untuk membakar kulit langsatku. Kedua bola mataku sibuk memandangi kesana kemari mencari bangku yang kosong. Hingga mataku teruju pada bangku ksosng di pojok kantin, dengan tubuh yang letih aku berjalan menghampiri dengan membawa sebotol soft drink. Saat itu juga aku dan sesosok Gadis berjilbab yang hendak duduk di meja yang sama, suasana terasa begitu hening saat senyumnya menyapaku... Dan tak lama setelah termangu terucap kata: “boleh gabung disini?” dan ia menjawab “iya, silahkan duduk saja”.
Mulutku begitu kelu, saat aku benar-benar duduk disampingnya, seseorang yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Kamu sibuk memandangi ponselmu, seperti tengah menunggu kabar dari seseorang. Aku sesekali memandangmu diam-diam tanpa sepengetahuanmu, dengan polahku yang semakin aneh dengan terus menggengam botol soft drink. Aku masih ingat saat kamu membenarkan jilbabmu yang tak lagi beraturan di wajah ayumu. 
Hai nama kamu siapa? 
“aku Amel” jawabnya dengan lirih,
Kalau nama kamu? Begitu yang terucap dari mulutnya, 
“aku Zaky” jawabku dengan nada yang terbata-bata.

Seperti perkenalan pada umumnya kami mengobrol tentang mahsiswa baru, ya ternyata ia mahasiswa baru fakultas Sastra Indonesia dan bahasa Daerah. Setelah perkenalan itu aku terhanyut, tak ada lagi kosakata yang keluar dari mulutku, aku hanya terus diam-diam memperhatikannya, apalagi dengan senyuman nya yang teramat manis, bagiku.

Seminggu tak bertemu, mulai tumbuh rasa rindu. Ahh, senyum sederhana yang kau toreh serupa rindu, rindu yang kerap kali lebih runcing dari jemari waktu; sepi.
“Kamu mau makan siang bareng aku? Ada ayam goreng di depan kampus yang menggoda lidah”, begitulah aku mengajaknya.
Dan ia menjawab “boleh, kebetulan aku belum makan siang, tapi aku ingin makan mie ayam SP di pusat kota”.
Akhirnya aku dan dia pergi ke kedai mie ayam yang ia mau, suasana yang begitu panas dengan bising mesin, debu-debu jalanan yang liar. Sepertinya mulutku kembali kelu saat menatap wajahnya, aku tidak tahu harus mengawalinya dengan kalimat apa ketika hendak mengajaknya mengobrol, karena aku lebih senang memandang parasnya yang ayu, matanya yang tedup, ahh sepertinya aku mulai menyukaimu.
Aku masih ingat saat kamu mengambilkan segelas minuman untukku, dengan raut wajah yang malu. Membuatku tak bisa berhenti memikirkanmu. Enth kapan aku dan kamu di pertemukan lagi oleh waktu.

"Sampaikan maafku buat Pria yang ada di contact profil BBM kamu, maaf krena aku menyanyangimu" 

(Di tulis sebulan yang lalu)

Senin, 04 Juni 2012

SAJAK CINTA DAN KENANGAN ( ‏@Bemz_Q )

Berikut ialah kicau


Ada dua kesibukan dalam hidupku; mencintaimu, dan mendoakan kebahagiaanmu...
Jangan pernah kau memelihara sebuah hubungan dari janji-janji. Peliharalah ia seperti yang cinta kehendaki...
Sebaik yang kau duga, sebaik yang kudoa, sebaik itulah kita saling jatuh cinta...
Lebih baik melakukan hal-hal kecil yg bisa membuat bahagia, daripada menjanjikan hal-hal besar yg blm tentu realisasinya

Tuhan, jika cinta ini adalah nikmat yang kau niatkan, biarlah segala kesedihan kupeluk dgn penuh ketabahan
Abadilah engkau dalam sedih dan bahagiaku, abadilah selalu dalam hati, jantung, dan ingatanku...
Cukupkan cintamu bagi hidupku, biarlah kulebihkan engkau dalam doa-doaku
Bagaimana mungkin aku tidak mencintaimu, kekasihku; jika segala kebaikanmu telah mengalir di seluruh nadi-nadiku...
Jika cintaku tak cukup memberimu kebahagiaan, aku akan meminta Tuhan menghapusmu dari segala kesedihan...
Sejak jatuh cinta, hidupku tak lagi membutuhkan apa-apa...
Mungkin aku terlalu mencintaimu, hingga tak bisa kulihat keindahan dunia, selain kamu...
Cintai aku biasa-biasa saja, dengan cinta yang mampu dipahami airmata dan doa...
Seperti galauku yang tak mengenal waktu, seperti itulah cintaku menjagamu sewaktu-waktu...
Engkau bisa saja meninggalkanku sewaktu-waktu, tapi engkau tak akan bisa mengemasi perasaan-perasaanmu kepadaku
Bagiku, tak ada kebahagiaan lain dalam hidupku, selain dengan mencintaimu...
Cintai aku biasa-biasa saja, dengan cinta yang mampu dipahami airmata dan doa...
Semampumu saja engkau mencintaiku, sebab yang kutahu; engkau tak mampu menipu perasaanmu...
Seperti pagi-pagi biasanya, aku mengawalinya dengan hal-hal yang sederhana; menyapamu dalam doa, misalnya...
Jika engkau mampu mengajariku melupakanmu, niscaya hidupku akan menyesal pernah mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan sebaik-baiknya, sebaik engkau memberiku doa-doa...
Aku ingin kita mengekal selamanya; dalam cinta, dalam doa, sepanjang usia...
Telah kujatuhkan cinta kepadamu, agar engkau mampu memahami kesedihanku
Biarkan cintaku menangis dalam doa, sebab hidupku ingin selalu melihatmu bahagia
Telah kupasrahkan kesetiaanku, agar engkau tak pernah ragu untuk mencintaiku
Kadang, kesedihan itu lebih nyaman jika dinikmati sendirian...
Bahkan, jika ujung jalan ini tak kutemukan kebahagiaan, aku akan tetap mencintaimu dengan penuh kesetiaan
Dengan mencintaimu, hidupku menjadi lebih mengerti; tak seharusnya kesedihan itu dinikmati sendiri
Aku akan selalu melakukan yang terbaik untuk hidupmu, meski kadang yang terbaik sesekali menyakitiku...
Kadang, cinta selalu lupa kapan ia bermula, tapi ia akan selalu ingat; saat mengakhiri takdirnya...
Ketakutan terbesar dalam hidupku, ialah menjatuhkan airmatamu...
Mencintaimu ialah melakukan kebaikan dalam hidupku...
Ketabahanmu mencintaiku, ialah salah satu alasan aku lebih mensyukuri hidupku...
Ada hal-hal yang harus kulupakan dalam hidupku, tapi tidak untuk melupakanmu...
Jika ada yang lebih membahagiakan selain mencintaimu dalam hidupku, aku akan tetap memilih mencintaimu
Aku ceritakan tentang cinta, ia yang telah ada sebelum tiba, selalu ada setelah tiada
Mencintaimu adalah membahagiakan hidupku; sesuatu yang tak kutemukan sebelum aku mengenalmu
Kelak, jika aku pergi dan tak lagi kembali; puisi yang kutulis dgn hati, akan setia menemanimu dalam badai sunyi nan sepi
Malam selalu meninggalkan tanda tanya, harus kusebut apa; kepedihankepedihan yang tak lagi meneteskan airmata
Sepi, katamu, tak lebih dari secangkir kopi malam hari, dan ranjang-ranjang kosong tanpa penghuni; tanpa birahi!
Entah mana yg lebih dulu: detik waktu, ataukah detak jantungku yang berhenti menyebut namamu. Cintalah yang lebih tahu
Bukan aku tak merelakanmu untuk pergi, tapi cintaku tak ingin kau menikmati kesedihan sendiri
Satu ciuman, satu pelukan; seribu kehilangan. Seperti itulah, cinta membahagiakan kesedihan
Bahkan jika melupakanmu ialah jalan menemukan kebahagiaanku, aku lebih memilih mengingatmu; mengingat caramu mencintaiku
Jangan pernah pergi, kekasihku, sebelum engkau menjelaskan kepadaku; bagaimana cinta mengelabuhi rasa nyeri
Sepasang tangan ini adalah doa; saat kebahagiaan dan kesedihan tiba, saat engkau ada, dan saat engkau tiada
Bunga_bunga bermekaran dlm dadaku, doadoa bersemayam dlm dadamu. Cinta kita, menua hingga akhir usia, di taman bahagia. Semoga...
Setiap kali matamu menatapku, bermekaran seribu bunga dlm dadaku. Kelak, siapa yg akan memetiknya; cinta, ataukah airmata
Di kedalaman matamu, yang timbul tenggelam, tak tersentuh perahu-perahu doamu, ialah kesedihanku...
Katakan pada seseorang yg kini lebih mencintaimu, katakan semampu yg kau tahu: “Aku pernah mencintaimu, lebih dari yg cinta tahu”
Katakan pada seseorang yg mendoakanmu, debar dada yg kini mendenyutkan kebaikanmu, ialah debar dada masasilamku yg memujamu
Katakan pd seseorang yg merawat lukamu, sepasang bahu yg kini menjadi sandaran rindumu, ialah bahu masasilamku yg menopang nyerimu
Katakan pada seseorang yg mencintaimu, sepasang lengan yg kini memeluk kesedihanmu, ialah lengan masasilamku yg mendoakanmu

Dengan diam, kadang cinta telah mengatakan segalanya; segala yg tak ingin diungkapkan lewat kata-kata
Banyak orang yg ingin dimengerti pasangannya, tapi dirinya sendiri tak pernah mau mengerti apa yg diinginkan pasangannya
Saat engkau merasa tahu segalanya tentang cinta, saat itulah sebenarnya engkau tidak tahu apa-apa