Sabtu, 05 November 2011

JEMARI HUJAN YANG BERDENTING UNTUK NONA

Kring-kring terdengar suara dari balik HP, ku lihat dan ku baca "aku lagi di purwokerto".. tersentak aku seketika,
ketika aku liat jam menunjukan pkl 20:00wib.
saat ku baca dan ku baca lagi ternyata ada pesan baru "di sepanjang jalan aku terjebak hujan".. semakin tak menentu arah hatiku malam ini -- kiranya gundah gulana.

Ku lihat jendela begitu buram,hingga cahay tak mampu menelusup ke langit-langit kamarku.. malam yang murung,merintikan kesedihan di setiap butir-butirnya yang membasuh tanah membawa pesan.. entah pesan apa aku pun tak tahu, masih saja menjadi misteri.

Semoga saja Nona merasakan tiap buti-butir hujan yang menyusup ke dalam sel-sel engkau, begitu menggigil terasa,seperti itulah rindu yang menyelimutiku setiap malam.

Rindu, kerinduan ini menjelma sesosok kembang mawa, duri-durinya yang menggoreskan sepi, hingga kelopaknya berguguran.

Entah mengapa senja begitu muram sore tadi,  Nampak buram hingga lengan petang tak tega untuk menjamahnya. Dan serakan awan-awan hitam itu mengukir namamu sebelum luluh oleh angin, Ahh sunyi sekali malam ini sisa jemari hujan masih menjamah di halam rumahn Hanya denting air yang menemaniku di bawah lorong malam.

Lalu untuk apa ku susun namamu dalam puisi? jika yang ku yakini abadi hanya akan menyisakan nyeri yang mendalam.